Minggu, 08 Juli 2012

Mazda RX 7


Mobil boleh tua, tetapi dari segi tongkrongan, Mazda RX-7 buatan 1995 ini enggak malu-maluin. Diajak tarik-tarikan pun berani karena mesin 13BT sudah disokong komponen dari GReddy. Tak heran, kalau lagi melintas di jalanan, sedan dua pintu ini banyak dilirik. "Semua part mesin dan bodi yang terpasang di RX-7 model plug 'n play dan didatangkan langsung dari Jepang," ucap Adi Surya, bos GReddy Indonesia.
Kalau saja tetap mengandalkan bodi standar, kendaraan bermesin rotary ini enggak ada bagusnya. Makanya, body kit Ings+1 tipe N dipasang sehingga memberikan efek aerodinamika yang ciamik dan tersemat rapi.
Tengok bodinya yang dibuat mirip tunggangan drifting Jepang atau balap touring di sirkuit Tsukuba. Desain air dam (saluran angin) yang superlebar pada bumper dipadu dengan sayap belakang yang lebar mengisyaratkan mobil kencang. "Sebetulnya ingin mengikuti RX-7 GReddy Jepang dengan menggunakan body kit RE Amemiya, tapi tim G-Indonesia ingin sesuatu yang lain. Maka dipilih Ings +1," ungkap salah satu kru G-Indonesia.
Khusus mengenai sayap belakang, aplikasi GT Wing lokal dinilai kurang kekar dan enggak imbang sama bodi Jepang. Untuk penyesuaian, dilakukan dengan penambahan daging. Tahap awal, sirip samping dipotong dan ditambah bahan fiberglass pada GT Wing lokal supaya lebarnya sesuai.
Untuk melebarkan sayap yang ditarik masing-masing 20 cm tidak menggunakan molding atau cetakan. Namun, cukup mengandalkan mata untuk menyeimbangkan sisi kiri dan kanan. Begitu sama, langsung dibungkus dengnan motif serat karbon, termasuk juga kap mesin.
Seusai bodi, giliran dapur pacu dioprek. Karena RX-7 mempunyai banyak tipe, mulai dari Seri 6 sampai Seri 8, akibatnya sempat sampai tiga kali melakukan pembenahan. "Karena pemesanan ke GReddy Jepang harus lebih spesifik, mulai dari tipe turbocharger hingga transmisinya," bilang Adi.
Seperti intercooler yang berada diapron terpaksa digusur dan masuk punya GReddy type R. Sayangnya, intercooler superlebar ini tidak berikut piping turbo. Mau tak mau, jalur udara dingin dari inlet turbo menuju intercooler dan throttle body harus dibuat custom.
"Piping turbo menggunakan stainless dengan diameter 5 inci mengikuti intercooler V mount," sebut Irwan, tuner dari Rosella. Hasilnya, tuner Trust Jepang memuji, "Its very good and functional."*
Suara khas turbo 
Bagian dari mesin yang dimodifikasi di antaranya frontmount intercooler, diaplikasi dari HKS. Selain turut meningkatkan tenaga yang dihasilkan dari rumah keong (turbo) berspek sequential twin turbocharger, juga efisiensi didapat. Kemudian, untuk mencegah pembuangan gas buang dari turbo saat pedal gas diangkat, ditambahkan blow off valve (BOV).

Selain untuk mencegah hal tadi, sistem pemasangannya yang bypass valve aftermarket tak lain menjaga keawetan turbo. Asyiknya, tekanan udara yang dimuntahkan BOV mengeluarkan suara desahan khas turbo. Buuueeshhh...buuueeshh.

Banyak lagi komponen mesin yang diganti dengan HKS, seperti air intake Super Mega Flow beserta sistem exhaust muffler Hi Power. Kemudian, intake udara Super Mega Flow yang punya diameter permukaan filter udara 30 persen lebih besar dari standar didandani dengan elemen filter warna limited sunset orange yang punya sistem 2 layer wet.

Sementara itu, HKS Hi Power yang didesain untuk mesin turbo menawarkan spek pipa stainlessSUS304 yang punya desain diameter pipa 75 mm dan diameter lubang muffler 120 mm. Fungsinya untuk mengoptimalkan kelancaran saluran pembuangan agar respons tekanan boost menengah yang lebih baik.

Belum puas dengan penambahan komponen performa, Mr X memasang komputer A'PEXi Power FC yang punya khas sistem stand alone. Kelebihannya bisa mendongkrak tenaga mesin yang sudah dijejali produk HKS mencapai 456 dk.

Brembo competition
Walah, dengan tenaga sebesar itu, apa sedan coupe itu bisa berhenti? Mr X sadar betul kalau rem standar pasti tidak mumpuni. Makanya, bagian depan diganti dengan Brembo Competition yang kalipernya lebih besar, dan, untuk deselerasi, tentu lebih baik. Adapun rem belakang yang sudah disc brake hanya dimodifikasi dengan sistem cross drilled.

Untuk meredam goncangan dan meminimalkan body roll, sistem suspensi diganti dengan HKS Hiper Max yang desainnya monotube. Diklaim sang pembuat (HKS) jauh lebih bagus dari sistemtwin tube konvensional. Konstruksinya terdiri dari silinder tunggal yang terbagi atas ruang untuk oli serta gas yang tak menyatu. Dengan demikian, desain piston jadi lebih besar.

Dengan ubahan di dua sektor itu, manuver di tikungan jadi lebih yakin setelah keempat roda dipakai velg 19 x (8,5 + 9,5) inci yang bercorak 3-piece bibir stelip. Velg yang dipilih SSR model Professor MSI yang konsepnya bergaya oldschool racing.